cover
Contact Name
Nurbaiti
Contact Email
jurnal.tunasmedika@gmail.com
Phone
+62811243530
Journal Mail Official
jurnal.tunasmedika@gmail.com
Editorial Address
Jl. Terusan Pemuda no 1 A
Location
Kota cirebon,
Jawa barat
INDONESIA
Tunas Medika Jurnal Kedokteran & Kesehatan
ISSN : 20896042     EISSN : 25797514     DOI : -
Core Subject : Health, Science,
Tunas Medika : Jurnal Kedokteran & Kesehatan adalah jurnal Ilmiah yang memuat naskah publikasi Ilmiah di bidang Kedokteran dan Kesehatan yang meliputi bidang Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, Biomedis serta Pendidikan Kedokteran.Tunas Medika : Jurnal Kedokteran & Kesehatan merupakan memuat publikasi ilmiah Dosen, Mahasiswa dan peneliti lainnya di bidang Kedokteran dan Kesehatan dan diharapkan daptat memperkaya khazanah Pendidikan dan pengetahuan Indonesia
Articles 9 Documents
Search results for , issue "Vol 3, No 1 (2016): Tunas Medika Jurnal Kedokteran " : 9 Documents clear
Angka Kejadian dan Gambaran Rinitis Alergi dengan Komorbid Otitis Media di Poliklinik Rinologi Alergi Departemen Ilmu Kesehatan THT-KL RS Dr. Hasan Sadikin Pahmi Budiman Saputra Basyir; Teti Madiapoera; Lina Lasminingrum
Tunas Medika Jurnal Kedokteran & Kesehatan Vol 3, No 1 (2016): Tunas Medika Jurnal Kedokteran & Kesehatan
Publisher : Tunas Medika Jurnal Kedokteran & Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Latar Belakang : Otitis media adalah adalah peradangan mukosa telinga tengah,tuba eustachius,antrum mastoid dan sel mastoid. Otitis media merupakan komorbiditas dari rinitis alergi. Rinitis alergi adalah gangguan hidung yang disebabkan oleh reaksi peradangan mukosa hidung diperantarai oleh imunoglobulin E (IgE) yang ditandai dengan gejala hidung yaitu hidung tersumbat rinorea, bersin atau gatal.Tujuan : Untuk mengetahui angka kejadian dan gambaran rinitis alergi dengan komorbid otitis media Metode : Penelitian deskriptif retrospektif cross-sectional dilakukan di poliklinik Rinologi-Alergi Departemen Ilmu Kesehatan THT-KL RS Dr Hasan Sadikin selama periode Januari 2013-Juni 2014, pada 83 pasien rinitis alergi dengan otitis media rentang umur 5-55 tahun. Diagnosis berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, nasoendoskopi, otoskopi, timpanometri, audiometri dan pemeriksaan tes kulit tusuk. Hasil: Pada penelitian ini didapatkan otitis media akut 33,7%,otitis media efusi 42,2% dan otitis media supuratif kronis 24,1%. Tingkat berat gejala rinitis alergi pada penelitian ini adalah ringan intermiten 21,7%,ringan pesisten 14,5%, sedang-berat intermiten 7,2%, sedang-berat persisten 56,6%. Terdapat hubungan bermakna antara gejala hidung tersumbat pada rinitis alergi dengan komorbid otitis media akut (p= 0,02), otitis media efusi (p =0,03), otitis media supuratif kronik (p =0,032). Hasil tes fungsi tuba dengan gangguan fungsi tuba 89,2%. Terdapat 81,9% menderita tuli konduktif pada telinga kanan dan 78,3% telinga kiri .Kesimpulan: Insidens rinitis alergi dengan otitis media 36,7%. Rinitis alergi dengan otitis media efusi 42,2%,Otitis media akut 33,7%, dan otitis media supuratif kronis 24,1. Terdapat hubungan bermakna antara hidung tersumbat pada rinitis alergi dengan otitis mediaKata kunci: rinitis alergi, otitis media akut, otitis media efusi,otitis media supuratif kronisBackground : Otitis media is an inflammation of the mucosa of the middle ear, eustachian tube, mastoid antrum and mastoid cells. Otitis media is a comorbidity of allergic rhinitis. Allergic rhinitis is a nasal disorder caused by reaction inflammation of the nasal mucosa mediated by immunoglobulin E (IgE) that is characterized by nasal congestion, rhinorrhea, sneezing or itching. Purpose: To investigate the incidence and characteristic of allergic rhinitis with comorbid otitis media population Methods: A retrospective descriptive cross-sectional study that was conducted a Rhinology-Allergy clinic of ORL-HNS Department, Hasan Sadikin Hospital during the period of January 2012 -June 2014 involved 83 patients, in age 5-55 years. Diagnosis is based on history,physical examination,nasoendoscopy,otoscopy, tympanometry, audiometry and skin prick test. Results: In this study, we found acute otitis media 33,7%, otitis media effusion 42,2%, and chronic suppurative otitis media 24,1%.Severe levels of symptoms of allergic rhinitis and otitis media, mild intermittent 21,7%, mild persistent 14,5%, moderate-severe intermittent 7.2%, moderate-severe persistent 56.6%.There is a significant relationship between nasal congestion with acute otitis media (p= 0,02), otitis media with efusi (p =0,03), chronic supurativa otitis media( p =0,032). Eustachian tube function test in otitis media with abnormal 89,2%. There were 81.9% suffer from conductive hearing loss in the right ear and 78.3% in left ear. Conclusion: The incidence of otitis media with comorbid allergic rhinitis 36,7%, acute otitis media 3,7%, otitis media effusion 42,2%, and chronic suppurative otitis media 24,1%. There is a significant relationship between nasal congestion and otitis mediaKey words: allergic rhinitis, acute otitis media, otitis media with effusion, chronic suppurative otitis media
Karakteristik Penderita Karsinoma Laring di Departemen Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala Leher Rumah Sakit dr Hasan Sadikin Bandung Periode Januari 2013 – Juli 2015 Ismi Cahyadi; Agung Dinasti Permana; Yussy Afriani Dewi; Nur Akbar Aroeman
Tunas Medika Jurnal Kedokteran & Kesehatan Vol 3, No 1 (2016): Tunas Medika Jurnal Kedokteran & Kesehatan
Publisher : Tunas Medika Jurnal Kedokteran & Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Karsinoma laring adalah tumor ganas yang berasal dari epitel laring. Penyebabnya adalah merokok, konsumsi alkohol, infeksi human papiloma virus, dan laringofaringeal reflux. Diagnosis berdasarkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik, laringoskopi serat optik, topografi komputer, dan histopatologi. Rancangan penelitian deskriptif retrospektif dari catatan medis penderita yang datang berkunjung ke poli THT KL FK Unpad RSHS Bandung periode Januari 2013- Juli 2015. Dari 1439 penderita keganasan kepala dan leher yang datang ke poli THT-KL sub bagian onkologi RSHS Bandung didapatkan 100 (6,95%) penderita karsinoma laring yang menempati urutan ke 3 pada keganasan kepala leher. Perbandingan laki-laki dengan perempuan sebesar 10:1 dengan usia terbanyak terjadi pada dekade 50 tahun sebanyak 30%. Faktor risiko disebabkan lebih banyak oleh merokok sebanyak 99% dan pasien datang dengan keluhan utama terbanyak adalah sesak nafas sebanyak 54%. Penderita terbanyak datang pada stadium III sebanyak 37%, penatalaksanaannya sebanyak 44% dengan operasi dan radioterapi. Komplikasi yang paling sering adalah terbentuk fistula sebanyak 12%.Kata kunci : karsinoma laring, insidensi, Januari 2013-Juli 2015.Laryngeal carcinoma is a malignant tumor of the larynx. The causes are smoking, alcohol consumption, infection with human papilloma virus, and laringofaringeal reflux. The Diagnosis is based on history, physical examination, laryngoscopy fiber optics, computerized topography, and histopathology findings. The design of descriptive retrospective study from medical records of patients who come to visit ORL-HNS oncology clinic of Hasan Sadikin general hospital Bandung from January 2013 until July 2015. From 1439 patients with head and neck cancers obtained 100 (6, 95%) patients with laryngeal carcinoma. Comparison of men to women is 10: 1. The age of majority in the decade of 50 years as much as 30%. Risk factors resulting from smoking 99%. Most major complaint is difficulty of breathing as 54%. Patients arrive at most stadium III as much as 37%. Patients mostly treated with surgery and radiotherapy as much as 44%. The most frequent complications is fistula formation as much as 12%.Key Word : Laryngeal cancers, incidencies, January 2013 to July 2015
Tes Seleksi Mahasiswa Baru Sebagai Prediktor Terhadap Prestasi AkademikTes Seleksi Mahasiswa Baru Sebagai Prediktor Terhadap Prestasi Akademik Tissa Octavira Permatasari; Yayi Suryo Prabandari; Tri Nur Kristina
Tunas Medika Jurnal Kedokteran & Kesehatan Vol 3, No 1 (2016): Tunas Medika Jurnal Kedokteran & Kesehatan
Publisher : Tunas Medika Jurnal Kedokteran & Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Proses penerimaan mahasiswa baru di Fakultas Kedokteran Universitas Swadaya Gunung Jati (FK Unswagati) lebih menekankan pada hasil tes seleksi akademik sebagai faktor kognitif, sedangkan faktor non kognitif kurang diperhitungkan. Penelitian ini bertujuan menganalisis tes seleksi mahasiswa baru sebagai prediktor prestasi akademik. Metode yang digunakan adalah potong lintangdengan sampel total berjumlah 97 orang terdiri dari mahasiswa angkatan 2009 dan 2010. Prestasi akademik diukur melalui IPK S.ked, rerata nilai blok, dan OSCE komprehensif. Tes seleksi akademik memiliki hubungan yang bermakna (r=0,40) dan mempengaruhi IPK sebesar 16% dan nilai blok sebesar 11,9%. Maka, tes seleksi akademik memiliki predictive validity terhadap prestasi akademik mahasiswa kedokteran.Kata kunci: prestasi akademik, tes akademik, kognitif, predictive validity The admission process at FM SGJU is more emphasis on academic test results, whereas non cognitive factors are still underestimated. The aim of this study is to analyze academic test in the admission process of new student as predictor of academic achievement. The research method was cross sectional. The total sample consist of 97 students of batch 2009 and 2010. Academic achievement was measured through the GPA, average block grade. Academic test has significant correlation (r=0,40) and affects 16% of the GPA and 11,9% of average block grade. Therefore, academic test on the admission process has predictive validity for academic achievement.Keywords: academic achievement, academic test, cognitive, predictive validity
Epidemiologi Penderita Tumor Ganas Kepala Leher di Departemen Telinga Hidung Tenggorokan - Kepala Leher Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin Bandung, Indonesia, Periode 2010–2014 Muhammad Syah Mirza Sabirin; Agung Dinasti Permana; Bogi Soeseno
Tunas Medika Jurnal Kedokteran & Kesehatan Vol 3, No 1 (2016): Tunas Medika Jurnal Kedokteran & Kesehatan
Publisher : Tunas Medika Jurnal Kedokteran & Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Latar Belakang: Tumor ganas kepala leher adalah kanker yang berasal dari traktus aerodigestif bagian atas seperti traktus sinonasal, rongga mulut, faring dan laring. Tumor ganas kepala leher merupakan masalah kesehatan dengan mortalitas tinggi. Insidensinya meningkat dan menyerang berbagai individu. Penelitian bertujuan untuk mengetahui epidemiologi penderita tumor ganas kepala leher di Departemen Telinga Hidung Tenggorokan (THT-KL), Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin Bandung 2010–2014.Metode: Penelitian dilakukan secara deskriptif dari rekam medis penderita tumor ganas kepala leher di Departemen THT-KL, Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin Bandung periode 2010–2014, yang diambil secara total sampling.Hasil: Terdapat 1439 pasien penderita tumor ganas kepala leher. Sebanyak 1081 penderita diinklusi; 631 laki-laki dan 450 perempuan. Kebanyakan berpendidikan SD (44.2%), bekerja sebagai ibu rumah tangga (30.6%), dan berusia 46–55 tahun (28.7%). Tumor berlokasi di nasofaring (39.4%), sinonasal (16.9%), laring (13.7%), orofaring (6.4%), tiroid (6.1%), rongga mulut (3.5%), hipofaring (2.5%), dan kelenjar parotis (2.2%). Histopatologi terbanyak yaitu undifferentiated carcinoma (47.3%) dan karsinoma sel skuamosa (31.2%), dengan Stadium I (6.8%), II (13.3%), III (24.5%), IV (55.4%). Simpulan: Kasus tumor ganas kepala leher di departemen THT-KL adalah sebanyak 1439 orang, yang tertinggi adalah karsinoma nasofaring. Lebih banyak terjadi pada laki-laki, lanjut usia, berpendidikan SD, profesi ibu rumah tangga, penderita dengan stadium lanjut dan histopatologi undifferentiated carcinoma Saran: Perbaikan kelengkapan serta sistem penyimpanan data rekam medis. Prevensi, edukasi dan deteksi dini pada masyarakat umum mengenai tumor ganas kepala leher.Kata Kunci: Epidemiologi, tumor ganas kepala leherIntroduction: Head and neck cancer is carcinoma that arises from upper aerodigestive tract such as sinonasal tract, oral cavity, pharynx, and larnyx. Head and neck cancer is a health problem with a high mortality rate which are increasing and effect many individuals from diverse backgrounds. Aims: Aim of this research is to ascertain the epidemiology of head and neck cancer patients at the Otorhinolaringology-Head and Neck Surgery Department, Dr. Hasan Sadikin General Hospital Bandung, Indonesia in 2010–2014 Methods: A descriptive method from medical records of head neck cancer patients at Department of Otorhinolaringology-Head and Neck Surgery, Dr. Hasan Sadikin General Hospital Bandung in 2010–2014 that used the total sampling method. Results and Discussion: There were 1,439 head and neck cancer patients in this research, 1081 were included, of them 631 were men and 450 were women. Most of them were elementary educated (44.2%), housewives (30.6%), and those aged 46–55 years old (28.7%). There were nasopharyngeal (39.4%), sinonasal (16.9%), larnyx (13.7%), oropharnyx (6.4%), thyroid gland (6.1%), oral cavity (3.5%), hypopharynx (2.5%), and parotid gland (2.2%) cancer. The major histopathological findings were undifferentiated carcinoma (47.3%) and squamous cell carcinoma (31.2%). Patients with stage I (6.8%), II (13.3%), III (24.5%), and IV (55.4%). Head neck cancer patients at the Otorhinolaringology-Head and Neck Surgery Department, Dr. Hasan Sadikin General Hospital Bandung are 1439 cases, with nasopharyngeal carcinoma cases being most predominant. There was a higher instance in middle aged and older, men, and elementary school educated. On the other hand, housewives were also highly affected. Patients came with advanced stages; undifferentiated carcinoma was the major histopathologyKeywords: Epidemiology, head and neck cancer
Prevalensi Kanker Sinonasal di Poliklinik THT-KL RS.Hasan Sadikin Bandung, Januari 2013 – Juli 2015 Evy Shavilla; Nur Akbar Aroeman; Yussy Afriani Dewi; Agung Dinasti Permana
Tunas Medika Jurnal Kedokteran & Kesehatan Vol 3, No 1 (2016): Tunas Medika Jurnal Kedokteran & Kesehatan
Publisher : Tunas Medika Jurnal Kedokteran & Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kanker sinonasal (SNC) relatif jarang, kurang dari 1% dari semua keganasan dan 4% dari tumor di daerah kepala dan leher. Insiden kanker sinonasal sekitar 1: 100.000 orang pertahun di negara berkembang. Kebanyakan berjenis karsinoma sel skuamosa dan adenokarsinoma, terutama pada pekerja yang berhubungan dengan paparan kayu dan debu kulit dan senyawa industri lain. Gejala klinis tergantung lokasi dan luasnya tumor. CT Scan adalah alat analisis terbaik untuk menunjukkan perluasan tumor dan kerusakan tulang. Tujuan: Mengetahui prevalensi penderita kanker sinonasal di poliklinik THT-Kl Rumah Sakit Hasan Sadikin, Bandung, Indonesia pada Januari 2013 sampai Juli 2015 Metode: Metode deskriptif dari total sampling catatan medis pasien kanker sinonasal. Karakteristik yang diteliti adalah jenis kelamin, usia, keluhan utama, lokasi tumor, jenis histologis, stadium dan pekerjaan. Hasil: Tercatat 1.081 kanker kepala dan leher pasien di Rumah Sakit Hasan Sadikin Januari 2013-Juli 2015. Kanker sinonasal 184 pasien (16,9%), mayoritas pria (67,4%), 47,8% di atas usia 51 tahun. Keluhan utama terutama gejala pada hidung (79,9%). Lokasi tumor terutama di sinus maksilaris (58%), jenis histologis adalah karsinoma sel skuamosa (66,8%), 36,4% pasien bekerja sebagai petani. Sebagian besar pasien datang ke rumah sakit pada stadium III (46,7%). Pengobatan melakukan operasi dan radioterapi (84,2%).Kata Kunci: : Simptom nasal, Kangker Sinonasal, PrevaliensiIntroduction: Cancer of the sinonasal (SNC), is relatively uncommon, comprises of less than 1% of all neoplasms and 4% in the head and neck region. SNC incidence is around 1 : 100,000 person years in most developing countries. Squamous-cell carcinoma and adenocarcinoma account for 80% of all sinonasal tumours, and are aetiologically associated with exposure to wood and leather dust particles and other industrial compounds, recognized as an occupational disease. Clinical symptoms depend on tumor location and extent. CT Scan is the best tool to evaluate tumor expansion and bone destruction. Aims: To ascertain the prevalence of Sinonasal cancer at the Otorhinolaringology-Head and Neck Surgery Departement Hasan Sadikin General Hospital, Bandung, Indonesia during January 2013 - July 2015 Methods. Total sampling from medical records of sinonasal cancer patients. Specific characteristics studied were gender, age, occupation, chief complaint, tumor location, histological type, staging. Results: There were 1081 head and neck cancer patients, 184 were sinonasal cancer (16,9%). Sinonasal tumor patients are mostly male (67,4%), 47,8% are above 51 years old. The chief complaints were nasal symptoms (79,9%), 36,4% are involved in agriculture. The location was mostly in maxillary sinus (58 %), histological type was squamous cell carcinoma (66,8%), Most patients come in stages III (46,7%). Treatments were surgery and radiotherapy (84,2%).Keywords: Nasal symptoms, sinonasal cancer, prevalence
Gambaran Klinis Pasien Laringomalasia di Poliklinik Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala Leher Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin Bandung Periode Januari 2012 - Maret 2015 Ayu Hardianti Saputri; Melati Sudiro; Sinta Sari Ratunanda; Wijana Wijana
Tunas Medika Jurnal Kedokteran & Kesehatan Vol 3, No 1 (2016): Tunas Medika Jurnal Kedokteran & Kesehatan
Publisher : Tunas Medika Jurnal Kedokteran & Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Latar Belakang: Laringomalasia merupakan salah satu kelainan kongenital yang terjadi akibat jatuhnya struktur supraglotik selama inspirasi sehingga menyebabkan stridor. Laringomalasia terdiri dari 3 tipe. Faktor risiko laringomalasia adalah lahir prematur, kelainan neurologik dan lesi jalan nafas. Faktor komorbid laringomalasia adalah bronkopneumonia, kelainan jantung bawaan dan kelainan neurologik. Laringomalasia diduga memiliki hubungan yang erat dengan refluks isi lambung. Tujuan: memberikan informasi mengenai gambaran klinis laringomalasia berdasarkan tipe laringomalasia, faktor risiko, faktor komorbid, dan gambaran refluks laringofaring sehingga diharapkan penatalaksanaan yang lebih terpadu. Metode: penelitian deskriptif retrospektif dengan pendekatan potong lintang, di Poliklinik THT-KL RSHS Bandung periode Januari 2012-Maret 2015, berdasarkan data rekam medis, dan pemeriksaan laringoskopi serat lentur. Hasil: Terdapat 84 pasien (55 laki-laki dan 29 perempuan). Tipe laringomalasia terdiri dari tipe 1 (63,1%), tipe 2 (23,8%) dan tipe 3 (13,1%). Faktor risiko terbanyak adalah cerebral palsy (13%). Faktor komorbid berupa bronkopneumonia (53,6,5%), dan kelainan jantung bawaan (4,8%). Terdapat 2 gambaran refluks laringofaring, yaitu mukus kental endolaring (48,8%), dan hipertrofi komisura posterior (10,7%). Kesimpulan: Laringomalasia banyak terjadi pada laki-laki dibandingkan perempuan, tipe laringomalasia terbanyak adalah tipe 1 epiglotis berbentuk omega. Faktor risiko kelainan neurologik (cerebral palsy), faktor komorbid bronkopnemonia dan gambaran refluks laringofaring berupa mukus kental endolaring yang banyak terjadi.Kata Kunci : Laringomalasia, Laringoskopi Serat LenturBackground : Laryngomalacia is a congenital anomalies caused by the collapse of the supraglottic structures during inspiration and causing of stridor. Laryngomalacia consists of 3 types. Laryngomalacia risk factor is premature birth, neurological disorders and lesions of the airway. Laryngomalacia comorbidities was bronchopneumonia, congenital heart disease and neurological disorders. Laryngomalacia expected to have close links with the laryngopharyngeal reflux (LPR). Aim: provide information on the clinical manifestation of Laryngomalacia based on type Laryngomalacia, risk factors, comorbidities, and laryngopharyngeal reflux so expect a more unified management. Methods : retrospective descriptive study with cross-sectional approach in the outpatient of Otolaryngology-Head and Neck Surgery, Hasan Sadikin Hospital, Padjadjaran University, period January 2012-March 2015 from the medical sheats records and record video flexible fiberoptic laryngoscopy (FFL). Results : Eighty four patients were included in the study (59 males and 29 females). Risk factor in this study is cerebral palsy (13%) and the comorbid factor is bronchopneumonia (53,6,5%), cerebral palsy and congenital heart diseases (4,8%). The two clinical findings from LPR is endolaring mucus (48,8%), posterior commissure hypertrophy (10,7%). Conclusions : Laryngomalacia more common in men than women, the most Laryngomalacia type is type 1 omega-shaped epiglottis. Risk factors is neurological disorders (cerebral palsy), comorbidities bronchopneumonia and laryngopharyngeal reflux picture in form of viscous mucus that frequently occurred.Keyword : Laryngomalacia, Flexible Fiberoptic Laryngoscopy.
Efek Suplementasi Besi-Vitamin C Dan Vitamin C Terhadap Kadar Hemoglobin Anak Sekolah Dasar Yang Anemia Di Kecamatan Sayung Kabupaten Demak Ignatius Hapsoro Wirandoko
Tunas Medika Jurnal Kedokteran & Kesehatan Vol 3, No 1 (2016): Tunas Medika Jurnal Kedokteran & Kesehatan
Publisher : Tunas Medika Jurnal Kedokteran & Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Latar belakang : Pemberian suplementasi  besi-vitamin C dan vitamin C dapat meningkatkan kadar hemoglobin serta dapat menurunkan prevalensi anemia pada anak sekolah dasar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek pemberian suplementasi besi-vitamin C dan vitamin C selama 12 minggu terhadap perubahan kadar  hemoglobin  anak sekolah dasar yang anemia. Metode : Jenis penelitian adalah eksperimental dengan desain   Randomized Controlled pretest-postest trial,  double blind. Subyek penelitian adalah anak SD yang anemia umur 7-12 tahun di Kecamatan Sayung. Subyek dibagi menjadi dua kelompok perlakuan. Kelompok perlakuan I (n=37) yang diberi sirup besi (60 mg FeSO4) plus vitamin C (100 mg) dan kelompok perlakuan II (n=37) yang diberi sirup vitamin C (100 mg). Seluruh sampel sebelum suplementasi diberi vitamin A 200.000 UI dan obat cacing Albendazol 400 mg dosis tunggal. Suplementasi dilaksanakan selama 3 bulan (12 minggu). Analisis dilakukan dengan uji paired t-test dan Independent Sample T-Test.  Hasil : Perubahan kadar hemoglobin rata-rata bagi kelompok perlakuan I  sebesar 2,05 ± 1,53 g/dL , dari rata-rata 10,2±1,09 g/dL menjadi 12,2 ± 1,13, demikian juga bagi kelompok perlakuan II terjadi perubahan kadar hemoglobin rata-rata 1,95 ± 1,40 g/dL, dari rata-rata 10,5 ± 0,07 g/dL menjadi 12,5 ± 1,19 g/dL. Rata-rata perubahan kadar hemoglobin antara kedua kelompok tidak berbeda (t= 0,31 , p=0,75). Pada kelompok perlakuan I menurunkan anemia sebesar 56,8%, sedangkan kelompok perlakuan II menurunkan anemia sebesar 67,6%. Simpulan : Pemberian suplementasi besi-vitamin C dibandingkan dengan hanya diberi vitamin C tidak ada perbedaan yang bermakna  terhadap perubahan kadar hemoglobin. Kata kunci : Anemia, suplementasi, besi, vitamin C, anak sekolah dasar, kadar hemoglobin.Background : Iron and vitamin C  supplementation can increase the hemoglobin  level and is expected to correct in anaemia school children. This  study  was aimed   to  examine   the effect  of   iron+vitamin C and vitamin C supplementation only twice a week on hemoglobin level of anemia school children. Methods : This study was a randomized-controlled pre and post-test, double-blind trial. The subject of this study were anaemia school children aged  712 years  in Sayung subdistrict, Demak district.  Samples were as signed in to two treatment groups : group I (n=37) received  supplementation iron (60 mg Fe as FeSO4)+ vitamin C (100 mg) syrup and group II (n=37)  received  vitamin C (100 mg) syrup only. All subjects were given vitamin A 200.000 UI dan Albendazole 400 mg before supplementation as a single dose. Supplementation was administrated for 3 months (12 weeks). Paired t-test, independent t-test and Anova were used for data analysis. Result : The changes of mean  hemoglobin level in group I and II were 2,05±1,53 g/dL (from 10,2±1,09 g/dL  become12,2±1,13 g/dL) and were 1,95±1,49 g/dL (from 10,5± 0,07 g/dL  become 12,5±1,19 g/dL). There was no difference in the change of hemoglobin level between both  groups (t= 0,31 , p=0,75). The prevalence of anaemia in group I and II decreased by 56,8% and 67,6%, respectively.  Conclusion : There is no difference in the iron+vitamin C supplementation compared to the vitamin C only supplementation  on hemoglobin change.
Hubungan Usia Ibu Hamil Trimester 3 dengan Kecemasan Menghadapi Persalinan pada Primigravida di Wilayah Kerja Puskesmas Palimanan Cirebon Ricardi Witjaksono Alibasjah; Kholilatul Izza; Neni Susiloningsih
Tunas Medika Jurnal Kedokteran & Kesehatan Vol 3, No 1 (2016): Tunas Medika Jurnal Kedokteran & Kesehatan
Publisher : Tunas Medika Jurnal Kedokteran & Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

AbstrakKehamilan dapat dibagi menjadi 3 trimester yaitu trimester I, trimester II, dan trimester III. padatiap trimester tersebut wanita hamil akan mengalami perubahan-perubahan fisik dan psikis. Salah satu yang dialaminya adalah kecemasan. Kecemasan pada ibu hamil trimester III dapat menghambatproses persalinan. Penelitian ini bertujuan untuk mencari adakah hubungan usia ibu primigravida trimester III dengan tingkat kecemasan dalam menghadapi persalinan di wilayah kerja Puskesmas Kepuh. Penelitian dilakukan dengan menganalisis data usia ibu primigravida trimester III dengan tingkat kecemasandalam menghadapi persalinan di wilayah kerja Puskesmas Kepuh. Hasil penelitian menggambarkan hubungan yang bermakna antara usia ibu primigravida trimester III dengan tingkat kecemasan dalam menghadapi persalinan di wilayah kerja Puskesmas Kepuh, (p=0,018) dengan korelasi (r=-0,309) negatif lemah. Semakin muda usia ibu primigravida makatingkat kecemasan semakin berat.Kata Kunci : usia, primigravida, kecemasanAbstractGestation can be separated into 3 trimesters, 1st Trimester, 2nd Trimester and 3rd Trimester. On each trimester, pregnant mother will encounter physical and emotional alteration.One occuring problem is anxiety. Anxiety on pregnant mothre can disturb labour process. This research intends to look for relation between the age of third timester firstgestation mother with facing labor anxiety level in Kepuh Primary healthcare work area. Research was done by analyzing data of the age of third timester firstgestation mother with facing labor anxiety level in Kepuh Primary healthcare work area. The research results describe significant relation between the age of third timester first gestation other with facing labor anxiety level in Kepuh Primary healthcare work area, (p=0,018) with weak negative correlation (r=-0,309). The younger age of the mother, the higher her anxiety level Keyword : age, firstgestation, anxiety
Pengaruh Tingkat Kadar Low Density Lipoprotein (LDL) Pada Kejadian Ulkus Diabetik di Rs.Roemani Semarang Niklah Zaidah
Tunas Medika Jurnal Kedokteran & Kesehatan Vol 3, No 1 (2016): Tunas Medika Jurnal Kedokteran & Kesehatan
Publisher : Tunas Medika Jurnal Kedokteran & Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Ulkus diabetik merupakan komplikasi kronik dari diabetes mellitus. Kadar LDL yang tinggi dapat menyebabkan terjadinya ulkus diabetik. Penelitian ini diharapkan dapat mengetahui pengaruh tingkat kadar LDL pada kejadian ulkus diabetik, dan untuk mengetahui perbedaan pengaruh tingkat kadar LDL pada kejadian ulkus diabetik. Penelitian ini merupakan jenis penelitian analitik observasional dengan rancangan penelitian “Cross sectional”. Penelitian dilakukan dengan cara mengumpulkan data pasien diabetes mellitus periode 1 januari 2011- 31 Desember 2011 di RS.Roemani Semarang. Sampel yang digunakan berjumlah 108 orang. Data penelitian dianalisa dengan uji statistik non parametrik dengan metode analisa deskriptif dan uji Mann-Whitney yang dilanjutkan dengan uji korelasi Spearman. Uji Mann-Whitney didapatkan hasil bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara pengaruh tingkat kadar LDL pada kejadian ulkus diabetik. Serta dari hasil uji korelasi Spearman didapatkan hasil bahwa terdapat korelasi positif sangat kuat dan signifikan antara pengaruh tingkat kadar LDL dan kejadian ulkus diabetik, dimana semakin tinggi kadar LDL kejadian ulkus diabetik semakin tinggi.Kata Kunci: LDL, Ulkus DiabetikDiabetic ulcers are chronic complications of diabetes mellitus. High LDL levels can cause diabetic ulcers. The study is expected to determine the influence of the level LDL in the incidence of diabetic ulcers and to determine the effect of differences in levels of LDL in the incidence of diabetic ulcer. This study is a type of observational analytic study by the research design "Cross sectional". The research was conducted by collecting data of patients with diabetes mellitus period 1 January 2011- 31 December 2011 in the Semarang Hospital Roemani. The samples used was 108 people. The research data were analyzed with non parametric statistic test by the method of descriptive analysis and Mann-Whitney test, followed by the Spearman correlation test. From the results of Mann-Whitney test showed that there are significant differences between the influence of the levels of LDL on the incidence of diabetic ulcers. As well as from the results of Spearrman correlation test showed that there is a positive correlation is very strong and significant between the influence of the levels of LDL and the incidence of diabetic ulcers, where the higher levels of LDL the incidence of diabetic ulcer is increasing.Key words: LDL, Diabetic Ulcer

Page 1 of 1 | Total Record : 9